Langsung ke konten utama

Catatan Seorang Perempuan Tentang Perempuan



source: pinterest 

Suatu ketika ada sebuah opini yang menyebut jika perempuan telah bersuami dan tinggal jauh dari orangtua, maka saat berkunjung ke rumah orangtua bisa jadi ibarat momen liburan. Hari-hari lebih santai dan nggak musti berjibaku dengan pekerjaan rumah seperti biasanya. Barangkali itu memang berlaku buat sebagian orang, tapi nggak buat aku.  


Dalam sepekan lalu saat berada di rumah orangtua, hari-hariku hampir sama dengan biasanya. Setelah sholat subuh beralih ke pekerjaan rumah; memasak, beberes dapur, mencuci piring, beberes rumah. Disaat itu semua selesai sedang anak masih lelap, aku sempatkan diri buat mengikat ide dan gagasan. Saat dia sudah terbangun, tugasku pun beralih untuk memperhatikannya; memandikan, memberikan makan, dan menemaninya bermain atau
belajar. Siang hari menjadi waktu tidur seperti biasanya. 

Tidak melulu hanya di rumah, pun aku memanfaatkan waktu disana untuk bersilaturahim ke rumah saudara juga teman. Ada pula dari mereka yang langsung datang ke rumah. Cukup Banyak waktu yang aku gunakan untuk itu dan hanya sedikit waktu untuk sekedar jalan-jalan membeli sesuatu dan mencari suasana baru.


Dari beberapa hari kemarin ingin sekali rasanya berbagi cerita ketika aku bersilaturahim dengan saudara juga teman. Bukan sekedar cerita saja, ada makna yang juga terselip di dalamnya. 



**



Kala itu aku tiba di rumah orangtua sore hari saat masih terdengar suara adzan ashar. Malam harinya aku bertandang ke rumah bulek dan sepupuku. Aku cukup sering mengikuti story IG sepupuku itu dan tahu dekorasi kue tart hasil karyanya yang super duper keren. Saat kesana, aku mengobrol banyak hal termasuk soal itu. Aku kemudian memesan dua kue tart sekaligus. Satu bertuliskan nama si kecil dengan gambar kepala sapi (hewan kesukaanya) dan satu lagi untuk aku sendiri. 


Keesokan paginya aku kesana. Saat itu aku lihat punya si kecil sudah beres. Tinggal dekorasi kueku yang belum. Aku pun melihat bagaimana dia menyelesaikan dekorasi itu. Sengaja aku minta dibuatkan tulisan "Keep Writing" karena kata-kata itu pas banget dengan harapanku saat ini. Sekaligus untuk motivasi diri. Senang banget aku, karena terpenuhinya keinginan itu dan bisa menikmati kue kreasi sepupu. 


Aku puas dengan kuenya. Menurutku nggak hanya cantik secara visual, soal rasa juga sangat enak. Sedangkan bagi si kecil, sebenarnya yang dia inginkan gambar sapi utuh dan bagian dalam roti putih, bukan coklat seperti yang ada (sikap rewel khas anak kecil banget ya). Keesokannya dibuatkan lah oleh sepupuku itu. Cakeepp beneerr.





Usaha kue yang dijalani oleh bulek dan sepupuku  itu sebenarnya sudah dari lama, kira-kira saat aku masih di bangku sekolah menengah. Sudah lama banget. Dari dulu sering menerima pesanan kue untuk berbagai acara. Sekarang aku lihat nampaknya menjadi semakin banyak kreasi yang diciptakan sepupuku itu, terutama pada pembuatan kue tart.


*


Mumpung sedang di rumah orangtua, beberapa teman aku kabari karena memang lama nggak ketemu, termasuk teman ngajiku dulu, mbak Ria namanya. Dia menyampaikan jika ingin datang ke rumah. Sekalian aku memesan sempol buatannya 15 tusuk, agar dibawakan sekalian saat ke rumah. Sebenarnya dia adalah guru di sekolah dasar, tapi kulihat dari story IG dia juga giat banget berjualan online beberapa produk, diantaranya sempol itu. Bersama anaknya yang juga seumuran anakku dia datang ke rumah. Kami pun mengobrol banyak hal. 


Aku sangat suka dan puas dengan sempol buatan mbak Ria itu. Aku pun kemudian repeat order lagi dengan jumlah jauh lebih banyak dari sebelumnya. Pesen sampai 50 tusuk. 20 tusuk buat dikonsumsi sendiri, dan 30 tusuk lainnya buat dibagi bagi. 





Aku berpikir, pantas saja sempolnya bisa sampai dipesan secara daring dan dari daerah yang agak jauh. Memang sempolnya juga lain dari kebanyakan. Ukurannya lebih besar dan terasa daging ayamnya. Nggak hanya sekedar jajanan, tapi bisa dibuat frozen dan dimakan sebagai lauk. Beberapakali si kecil makan dengan sempol ini sebagai lauknya, lahaapp banget. Anggota keluarga yang lain saat aku kasih incip juga langsung abis. 


*


Cerita lain. Aku berkesempatan juga untuk silaturahim ke rumah mbak Subaida--kakak tingkat jaman kuliah dulu. Sudah sangat lama kami nggak pernah ketemu, akhirnya sore itu aku ke rumahnya setelah sebelumnya mengabari jika mau kesana. Dia masih tetap sama seperti dulu. Baik dan menyenangkan. Luar biasanya dia menurutku, sampai sekarang dia masih tetap bisa aktif menerima jahitan disamping perannya sebagai istri dan ibu dari dua orang batita yang sedang aktif aktifnya. Padahal untuk momong pun hanya dia dan suami. Saat suaminya kerja dia momong sendiri. Ketika aku tanya, "Mbak sampean kok bisa sih punya dua anak terus masih tetap jahit?" tanyaku terheran. "Ya iya dek. Ambil waktu luang saat anak bubuk misalnya" Masya allah. 


Datang kesana aku tahu langsung setting tempat kerjanya yang sekarang. Berbeda dengan yang dulu pernah aku tahu. Kini mesin mesin untuk menjahit itu berjejer di ruang depan. Disana aku melihat baju bergantungan dan secarik kertas dengan gambar pakaian di atas meja jahit. Sangat terasa serius dan giatnya dia buat bekerja. 


Kami duduk lesehan dan mengobrol ringan. Aku pun mendapatkan masukan, saran dan penguatan tentang sesuatu yang aku sampaikan padanya. Setelah kuranglebih satu setengah jam di rumahnya, aku pun pamit. Selain karena si kecil udah agak rewel, waktu juga menunjukkan batasnya untuk aku harus segera pulang. 



*

Minggu sore, sebelum keesokannya balik pulang, tetiba ada pesan wa masuk, "Yuli, di rumah? I
nsyaallah kalo nggak kemaleman aku mampir, yaa." dari Riza, teman SMA yang sampai sekarang masih sering kontak. 


Dia datang kesana bersama suami dan dua anak batitanya. Kami mengobrol banyak hal. Termasuk tentang dia yang sudah dua tahunan kembali menjadi pegawai kantoran. Terkadang anaknya juga dia ajak ke kantor. S
alut aku. Ditengah kesibukannya sebagai istri, ibu dan guru les, masih juga dapat menjalankan aktivitas sebagai pegawai. 


Sempat pula kami membicarakan sedikit tentang blog. Dia sudah cukup lama menulis di blog, sedang buat aku yang masih pemula, ada hal yang aku ingin tanyakan ke dia. Alhamdulillah, tercerahkan juga. Sebenarnya kami berdua punya ketertarikan yang sama yakni pada literasi. Di akhir sebelum pulang dia memberiku buku antologi karya dia. Seneeng bangeet. Kami pun menyempatkan buat foto berdua. 





Tidak hanya itu agenda silaturahimku. Ada beberapa yang lain, namun sengaja aku pilih keempat itu karena dari kesemuanya ada satu makna yang aku dapat,  bahwa saudara dan teman-temanku itu adalah para perempuan muda yang penuh semangat untuk bekerja ataupun berkarya. Berkontribusi pada ranah yang mereka bisa. 



Senang melihat semangat mereka, sebab seperti prinsipku selama ini untuk bisa menjadi perempuan yang bisa berdaya-berkarya. Buatku pribadi b
ekerja ataupun berkarya bukan semata soal materi, eksistensi atau gengsi, tapi tentang upaya diri untuk bisa melakukan lebih banyak hal positif dan menebar kebermanfaatan bagi yang lain. Dan semua itu adalah sebagai bekal kita untuk kembali "pulang" nanti.


Belum lama ini aku memutuskan untuk berhenti sementara dari aktivitas berkarya busana seperti yang selama ini aku jalani, karena lebih memilih untuk fokus pada peran utama sebagai ibu. Keputusan itu aku ambil setelah melalui beragam pengalaman dan beberapa pertimbangan. Meski demikian tetap ada aktivitas lain yang aku upayakan. Sebuah aktivitas yang menurutku fleksibel dan simple yaitu menulisAku yakin bisa menjalani itu disamping peran utama. Menulis membuat aku merasa senang karena bisa berbagi ide dan gagasan. Dengan menambah platform di blog aku berkomitmen lebih serius dan konsisten menulis. Ditambah dengan keinginanku untuk bisa melanjutkan proyek buku solo yang sempat tertunda.

Semangat muda, berdaya, berkarya.


Komentar

  1. Semangat dek, tingkatkan ya menulisnya, wkt SMA aq jg punya cita2 jadi penulis,😁

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak sudah menjamu kami yang mampir dadakan. 🙏🏻
    Seneng banget akhirnya bisa bersua lagi setelah sekian lama. 🤗

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKU ANTOLOGI 2016 - 2019

Aku dan Keputusanku

Tiga tahun sudah aku menjalani peran baru sebagai ibu. Selama kurun waktu itu, aku merasa menjadi lebih baik dibanding diriku yang dulu. Menjalani peran itu membuatku menjadi lebih bersemangat dan bersegera untuk melakukan pekerjaan, sebab sadar betul jika waktu sudah tak sebebas dulu. Pun aku menjadi mampu menundukkan ego pribadiku. Tak dipungkiri terkadang ada pula hal melelahkan juga menjengkelkan, hingga ingin memunculkan kemarahan. Aku memang belum menjadi ibu yang baik sepenuhnya. Namun, dari kedalaman hati, sungguh sangat ingin rasanya menjadi sosok ibu yang baik dan penuh tanggung jawab. Aku mantap menjalani keputusan sebagai ibu rumah tangga. Bagiku itu bukanlah sebuah keterpaksaan--memang muncul dari dalam diriku sendiri--sebab aku ingin menjalani lebih banyak waktu di rumah. Dengan demikian aku bisa lebih mengawasi dan memperhatikan anak. Tentu selama ini aku masih  dibantu dalam menjaga dia, disaat aku butuh melakukan pekerjaan dan hal lain yang memang perlu dilakukan