Langsung ke konten utama

Memasak Dengan Menyenangkan

sumber: pinterest

Tepatnya  dimulai sejak tiga tahunan lalu saat memutuskan untuk kembali tinggal di desa dan memiliki buah hati, saya jadi lebih rajin memasak. Ada banyak alasan untuk itu, yang paling utama karena anak. Ada perasaan tanggungjawab yang begitu besar untuk bisa memenuhi kebutuhan makannya. Saya merasa senang dan tenang apabila anak lahap makan dengan menu masakan saya sendiri.

Efek positif lebih rajin itu sudah pasti membuat saya semakin terampil. Memasak bukanlah bakat, melainkan keterampilan. Jadi semakin rajin dan terbiasa, maka akan terasa mudah dan ringan dalam melakukannya. Dan itu saya rasakan betul saat ini. Bagaimana tidak? Hari  hari saya sangat sering bergelut dengan aktivitas itu. Dalam sehari bisa lebih dari sekali.

Saya senang bisa membuat menu masakan sendiri, meski kadang ada pula rasa lelah dan bosan. Tapi saat melihat masakan saya nampak begitu dinikmati saya pun merasa semakin senang, puas dan lega. Apapun yang saya masak orang rumah menerima apa adanya. Tidak ada protes. Bahkan terkadang hasil masakan saya diapresiasi.



Buku ini turut berperan dalam membantu saya jadi rajin memasak. Awalnya saya membeli itu karena merasa butuh dan tertarik dengan judulnya. Setelah membuka dan membacanya benar saja, konten dan pembahasannya begitu menarik perhatian. Ini bukan buku full resep masakan. Resep masakan ada sekitar 60% saja. Di dalamnya terdapat cerita penulis tentang bagaimana pemikiran dan pengalaman pribadinya terkait aktivitas memasak serta  pengalaman GTM pada anak.

Di bagian awal diceritakan tentang beragam alasan mendasar yang jadi motivasi penulis untuk terus berupaya memasak sendiri di rumah. Semua itu agaknya bisa jadi motivasi pula bagi pembaca. Apa yang dituliskan membuat pemikiran saya  tercerahkan dan mata saya semakin terbuka "Oohh.. ternyata begitu ya. Oh.. jadi harusnya seperti itu". Terlebih pada pembahasan food preparation tentang penyimpanan bahan masakan secara tepat dan aman di kulkas. Selain itu ada tips dan trik agar aktivitas memasak menjadi lebih mudah dengan penataan dapur dan perencanaan menu. Pembahasan buku ini jelas terasa manfaatnya bagi para ibu muda seperti saya dalam memasak sendiri di rumah.

Setelah itu ada cerita tentang pengalaman pribadi penulis dalam menghadapi anaknya yang mogok makan atau istilah umumnya Gerakan Tutup Mulut (GTM). Hal itu menuntun penulis untuk beberapa kali uji coba resep masakan. Hingga  akhirnya berbuah manis. Anaknya mau makan menu hasil masakannya dengan lahap. Didapatkan lah resep menu keluarga yang ramah anak. Sehingga tidak perlu membedakan menu keluarga dengan menu anak.

Resep menu yang dituliskan cocok untuk anak-anak (termasuk yang GTM), pun untuk orang dewasa. Tidak hanya resep makanan utama saja. Ada pula resep camilan rumahan atau fun cooking yang dapat dijadikan pilihan buat menu camilan anak. Beberapa resep sudah saya praktikkan dan hasilnya memang benar seperti tag line di sampulnya simple, mudah dan sehat.

Membaca buku ini serasa seperti saya menyimak penulis tengah berbicara. Penyampaiannya terasa sangat akrab dengan bahasa yang lugas dan sangat mudah dipahami. Buku ini menarik. tidak hanya pada konten pembahasan, namun pada tampilannya juga. Layoutnya menurut saya cakep. Warna dari  lembar halaman pun beragam namun tetap elegan. Ditambah kualitas kertas yang sangat bagus membuat buku menjadi semakin menarik.

Bagi saya kini memasak itu menyenangkan sebab adanya alasan terkuat untuk melakukan itu serta keterampilan memasak yang semakin mantap. Bagaimana dengan kamu?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Seorang Perempuan Tentang Perempuan

source: pinterest  Suatu ketika ada sebuah opini yang menyebut jika perempuan telah bersuami dan tinggal jauh dari orangtua, maka saat berkunjung ke rumah orangtua bisa jadi ibarat momen liburan. Hari-hari lebih santai dan nggak musti berjibaku dengan pekerjaan rumah seperti biasanya. Barangkali itu memang berlaku buat sebagian orang, tapi nggak buat aku.   Dalam sepekan lalu saat berada di rumah orangtua, hari-hariku hampir sama dengan biasanya. Setelah sholat subuh beralih ke pekerjaan rumah; memasak, beberes dapur, mencuci piring, beberes rumah. Disaat itu semua selesai sedang anak masih lelap, aku sempatkan diri buat mengikat ide dan gagasan. Saat dia sudah terbangun, tugasku pun beralih untuk memperhatikannya; memandikan, memberikan makan, dan menemaninya bermain atau belajar. Siang hari menjadi waktu tidur seperti biasanya.  Tidak melulu hanya di rumah, pun aku memanfaatkan waktu disana untuk bersilaturahim ke rumah saudara juga teman. Ada pula dari mereka yang langsu

BUKU ANTOLOGI 2016 - 2019

Aku dan Keputusanku

Tiga tahun sudah aku menjalani peran baru sebagai ibu. Selama kurun waktu itu, aku merasa menjadi lebih baik dibanding diriku yang dulu. Menjalani peran itu membuatku menjadi lebih bersemangat dan bersegera untuk melakukan pekerjaan, sebab sadar betul jika waktu sudah tak sebebas dulu. Pun aku menjadi mampu menundukkan ego pribadiku. Tak dipungkiri terkadang ada pula hal melelahkan juga menjengkelkan, hingga ingin memunculkan kemarahan. Aku memang belum menjadi ibu yang baik sepenuhnya. Namun, dari kedalaman hati, sungguh sangat ingin rasanya menjadi sosok ibu yang baik dan penuh tanggung jawab. Aku mantap menjalani keputusan sebagai ibu rumah tangga. Bagiku itu bukanlah sebuah keterpaksaan--memang muncul dari dalam diriku sendiri--sebab aku ingin menjalani lebih banyak waktu di rumah. Dengan demikian aku bisa lebih mengawasi dan memperhatikan anak. Tentu selama ini aku masih  dibantu dalam menjaga dia, disaat aku butuh melakukan pekerjaan dan hal lain yang memang perlu dilakukan