Langsung ke konten utama

Bagaimana Menjadi Single Bahagia

pict: pinterest

Kali ini saya ingin berbagi tips tentang bagaimana menjadi single bahagia. Sebenarnya tips ini adalah tulisan lama, namun ada yang saya ubah dan tambahkan. Berharap bisa lebih luas manfaatnya.

Alasan awal saya ingin mempublikasikan tulisan ini adalah sebab keprihatinan melihat kondisi gaya berpacaran jaman sekarang. Beberapa hari lalu saat mengobrol dengan beberapa orang teman, secara tidak sengaja obrolan kami masuk pada bahasan tentang banyaknya kasus hubungan pacaran di luar batas yang tengah terjadi di kampung kami. Hingga ada yang kemudian (terpaksa) menikah. Hal ini umum terjadi dimana saja. Makanya tak heran jika banyak kampanye anti pacaran digalakkan di berbagai media sosial. Saya sepakat dengan itu. Status single bisa menjadi pilihan tepat disaat diri belum siap untuk menikah.

Soal pacaran, boleh dibilang dulu pernah sekali menghinggapi saya. Meski demikian, sungguh dalam diri ini ada pergolakan batin luar biasa. Seolah ada ketidakseimbangan dan ketidaktenangan dalam hidup yang saya rasakan kala itu. Barangakali karena saya banyak membaca bacaan islami, mengikuti acara/ kajian keislaman, berteman dan dekat dengan para akhwat tangguh nan sholihah, yang notabennya kesemuanya memiliki pandangan berbeda soal pacaran.

Saya membenarkan adanya pendapat bahwa ketidaktenangan dan ketidakseimbangan yang saya rasakan itu karena ada naluri kasih sayang dan naluri berketuhanan dalam diri saya yang tidak bisa berjalan secara bersamaan. Hingga kemudian saya memutuskan untuk tidak berhubungan sama sekali dengan si dia. Kami tidak pernah bertemu, tidak lagi berkomunikasi lewat ponsel ataupun media sosial. Saya pun  mencoba memperbaiki diri dan mendekat kepada-Nya.

Keputusan saya saat itu benar-benar membuat saya sangat enjoy menjalani hari demi hari. Saya merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Pun tetap bersemangat dan minim galau.

Berikut ini tips sekaligus dasar pemikiran saya kala itu:

1. Menyadari bahwa kematian itu pasti, sedangkan pernikahan itu belum tentu.

Ungkapan tersebut pernah saya dapatkan dalam sebuah buku yang saya baca. Dengan menyadari sepenuhnya hal itu, maka kita akan berfokus memperbaiki diri. Membaikkan hubungan kita kepada-Nya maupun kepada sesama. Terhindar dari perasaan galau meski 'jauh' dengan si dia.

2. Bersahabat dengan seseorang yang kita percaya. 
pict: pinterest

Bersahabat dengan seseorang yang bijaksana, menyenangkan dan pandai memberi masukan. Dengannya kita bisa merasa senang dan nyaman mencurahkan segala isi hati dan pikiran. Seorang yang bukan lawan jenis tentunya. Sesama perempuan, atau sesama laki-laki.

3. Menyibukkan diri dalam kebaikan.

Mengikuti berbagai acara positif. Ikut dalam acara seminar/ talkshow/ training motivasi atau pengembangan diri, kajian keislaman, dsb. Ikut komunitas atau kelompok yang sesuai dengan passion atau idealisme kita. Dengan begitu akan membuat pemikiran semakin berkembang dan hati in sya allah merasa tenang dan senang. Sehingga tiada kata galau meski 'jauh' dengan si dia.

4. Yakin dan pasrah kepada Allah.
pict: pinterest

Yakin bahwa akan ada waktu terbaik yang telah ditetapkan oleh-Nya untuk kita berjodoh dengan seorang yang terbaik menurut-Nya. Siapapun dia. Berharap yang terbaik hanya dari Yang Maha Baik.

Wallahu a'lam.
Allah yang maha mengetahui segala isi hati ini. Semoga Allah mengampuni segala salah dan khilaf diri ini.
pict: pinterest 

Bagi sebagian lain, status single bukan merupakan pilihan melainkan keadaan. Sebab tak kunjung menemukan sosok yang pas untuk menjadi pendamping hidup di usia yang sudah (sangat) matang. Hal ini kerap dianggap masalah. Apalagi perempuan. Ada anggapan bahwa mereka 'gagal' dan 'tidak laku'. Parahnya, sebagian orang tak segan mengutarakan pertanyaan-pertanyaan nyelekit pada mereka. Terkadang ada pula sikap membandingkan dengan yang lain, yang telah menikah bahkan memiliki anak. Lalu apa yang semestinya ada pada diri seorang single?

Berikut tips untuk para perempuan single seperti yang termuat dalam buku Bahagia Sekarang Menikah Kemudian karya salah seorang teman penulis, mbak @afifah_hasbi_nasution 

1. Yakini bahwa Allah tidak menakdirkan sesuatu kecuali pasti ada kebaikan di sana. Dengan begitu, rasa bahagia akan senantiasa terjaga.
pict: freepik

Menerima keadaan dengan ikhlas.
Tahap awal ini penting untuk menumbuhkan kecintaan pada diri dan kehidupan yang dijalani. Terima saja semua ketetapan Allah dengan lapang dada.

2. Nikmati seremeh-remehnya nikmat dengan sebesar-besarnya rasa syukur.


Mensyukuri yang ada dengan sepenuh hati. Jikapun seseorang belum menikah, pasti ada kebahagiaan lain yang membersamainya. Bisa jadi berupa keluarga sakinah, karir cemerlang, teman yang bisa diandalkan, dan lain-lain.


3. Jangan biarkan ada waktu kosong. Lakukan kebaikan demi kebaikan, sehingga terhindar dari kegalauan.
pict: wattpad

Memantaskan diri untuk pernikahan yang diidamkan. Jangan lupa, tingkatkan pula kualitas diri agar pantas berganti status. Perlu dipahami bahwa menjadi suami/istri butuh persiapan. Lagipula, banyak hal bisa dilakukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

Demikian itu tips untuk para single. Semoga bisa membantu dan bisa menjadi motivasi. Bagi yang berstatus single karena pilihan maupun keadaan, semoga Allah senantiasa menjaga dalam kebaikan. In sya allah Allah akan hadirkan seseorang yang terbaik di saat terbaik.






Komentar

  1. Tulisan yang indah untuk dibaca semua muslimah yg single. Sukses terus Yuli.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Seorang Perempuan Tentang Perempuan

source: pinterest  Suatu ketika ada sebuah opini yang menyebut jika perempuan telah bersuami dan tinggal jauh dari orangtua, maka saat berkunjung ke rumah orangtua bisa jadi ibarat momen liburan. Hari-hari lebih santai dan nggak musti berjibaku dengan pekerjaan rumah seperti biasanya. Barangkali itu memang berlaku buat sebagian orang, tapi nggak buat aku.   Dalam sepekan lalu saat berada di rumah orangtua, hari-hariku hampir sama dengan biasanya. Setelah sholat subuh beralih ke pekerjaan rumah; memasak, beberes dapur, mencuci piring, beberes rumah. Disaat itu semua selesai sedang anak masih lelap, aku sempatkan diri buat mengikat ide dan gagasan. Saat dia sudah terbangun, tugasku pun beralih untuk memperhatikannya; memandikan, memberikan makan, dan menemaninya bermain atau belajar. Siang hari menjadi waktu tidur seperti biasanya.  Tidak melulu hanya di rumah, pun aku memanfaatkan waktu disana untuk bersilaturahim ke rumah saudara juga teman. Ada pula dari mereka yang langsu

BUKU ANTOLOGI 2016 - 2019

Aku dan Keputusanku

Tiga tahun sudah aku menjalani peran baru sebagai ibu. Selama kurun waktu itu, aku merasa menjadi lebih baik dibanding diriku yang dulu. Menjalani peran itu membuatku menjadi lebih bersemangat dan bersegera untuk melakukan pekerjaan, sebab sadar betul jika waktu sudah tak sebebas dulu. Pun aku menjadi mampu menundukkan ego pribadiku. Tak dipungkiri terkadang ada pula hal melelahkan juga menjengkelkan, hingga ingin memunculkan kemarahan. Aku memang belum menjadi ibu yang baik sepenuhnya. Namun, dari kedalaman hati, sungguh sangat ingin rasanya menjadi sosok ibu yang baik dan penuh tanggung jawab. Aku mantap menjalani keputusan sebagai ibu rumah tangga. Bagiku itu bukanlah sebuah keterpaksaan--memang muncul dari dalam diriku sendiri--sebab aku ingin menjalani lebih banyak waktu di rumah. Dengan demikian aku bisa lebih mengawasi dan memperhatikan anak. Tentu selama ini aku masih  dibantu dalam menjaga dia, disaat aku butuh melakukan pekerjaan dan hal lain yang memang perlu dilakukan